ya Allah jadikanlah aku orang yang mulia dihadapanmu dan jadikanlah aku orang yang sukses.
Translate this site to other languages

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

  • SIKLUS REPRODUKSi



    Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
    Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus.Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari .
    Pada mamalia khususnya pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormon (hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target) Pada prkatikum ini kami akan melakukan pengamatan tentang apusan vagina pada mencit. Praktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat menentukan tahap siklus yang sedang diamati oleh mencit betina dewasa seksual.


    Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan menerima hewan heawan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-hewan betina, secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina. Hewan-hewan monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun sedangkan hewan-hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu oleh kehamilan
    (Adnan, 2006 : 43).
    Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap isklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006 : 43)
    Manivestasi psikologis berahi ditimbulkan oleh hormon seks betina, yakni estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium. Berahi yang jelas dapat ditimbulkan pemberian estrogen, bahkan dapat diberikan pada betina yang dioverektomi. Perlu diingat bahwa meskipun berahi disebabkan oleh ovarium, tetapi dengan pengertian bebas dari aktifitas ovarium. Pada betina yang intak, estrogen dari luar dapat menimbulkan berahi pada hampir tiap saat selama periode siklus estrus, oleh sebab itu maka berahi dapat dipisahkan sama sekali dari peristiwa yang terpenting pada ovarium, yakni ovulasi. Pada terapi dengan menggunkan estrogen, adanya faktor ini dalam praktek kedokteran hewan sering dilupakan
    (Nalbandov, 1990 : 140).

    Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004 : 141).

    Menurut Syahrum (1994), perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus estrus :
    1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat terlihat folikel kecil-kecil (folicle primer)
    2. Sebelum estrus folikel_folikel ini akan menjkadi besar tetapi akhirnya hanya bsatu yang berisi ovum matang.
    3. Folikel yangh berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), saat disebut waktu estrus.
    4. Kalau telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.
    5. Kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan tumbuh lagi, siklus diulangi.
    Kemungkinan fertilisasi semakin besar diperbesar pada sejumlah spesies mamalia (tetapi pada manusia tidak), dengan menimbulkan birahi (estrus) pada betina dan hanya mau kawin ketika mendekati waktu ovulasi. Ovulasi ”birahi” dan perubahan lapisan-lapisan uterus dalam persiapan penerimaan telur yang dibuahi, dikontrol oleh mekanisme endokrin yang rumit (Vilee, 1989 : 73).

    Pada manusia dan hewan primata lainnya mempunya siklus menstruasi, pada mamalia lain dikenal adanya siklus estrus (estrous cycle). Pada siklus estrus lapisan endometrium yang telah dipersiapkan untuk menerima konsepsi, akan diserap kembali oleh uterus bila tak terjadi pembuahan, sehingga tidak banyak terjadi pendarahan. Pada hewan betina periode seputar ovulasi, vagina mengalami perubahan yang memungkinkan terjadinya perkawinan, periode ini disebut dengan estrus (Anonim, 2006).
    Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus uterus jika tidak terjadi pembuahan, endometrium akan direabsorbsi oleh tubuh. Siklus estrus pada bebagai jenis hewan, berbeda-beda begitupun dengan jumlah siklus estrusnya dalam setahun berbeda pula (Rikacute, 2007)
    Siklus estrus ini terjadi secara berkala. Bila dalam satu tahun hanya satu siklus disebut dengan monoestrus, misalnya menjangan satu kali dalam satu tahun . pada mamalia kecuali primata terjadi berhai pada yang betina disebut estrus {heat), pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Terlihat keadaan betina gelisah
    (Syahrum, 1994 : 45)

    Masa satu periode estrus ke estrus berikutnya disebut satu siklus estrus. Kalau terjadi perkawinan dan hamil, maka siklus estrus berhenti sampai bayi lahir. Bila tidak maka siklus jalan terus ( Syahrum, 1994 : 45)

    Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat berahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktifitas yang tinggi ini di sebabkan oleh estrogen. Tikus yang berada di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika berahi dibandingkan selama diestrus. Siklus estrus berhubungan erat dengan perubahan organ-organ reproduksi yang berlangsung pada hewan betina (Adnan, 2007 : 45)


    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM
    Anonim, 2007. Bahwa siklus estrus…. http://www. Madrasah-muallimaat.sch.id. Diakses tanggal 2 November 2007.

    Campbell, N. A.2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Jakarta : Erlangga.
    Nalbandov, A. V, 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : Universitas Indonesia.

    Syahrum, H. M. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Rikacute, 2006. Pengaturan Fungsi Reproduksi Betina. http://rikacute.blogspot.com
    Diakses 2 November 2007.

    Vilee, Walker, Barnes, 1973. Zoologi Umum Jilid 1 Edisi Ke 4. Jakarta : Erlangga













    1. Hubungan antara siklus vagina , siklus estrus, dan siklus ovarium dalam kaitannya dengan siklus estrus yaitu :
    a. Siklus vagina :
    Selama fase estrus atau birahi atau perkembngan folikel yang maksimal, serviks mensekresi lendir dalam jumlah terbesar dan tercair pada manusia terdapat pada saat ovulasi
    b. Siklus uterus :
    Selama fase estrus atau birahi ukuran atau histologi uterus tidak pernah
    statis. Perubahan yng sangat nyata terjadi di endomterium dan kelenjarnya. Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus dan sedikit cabang. Penampilan uterus ini menandkn untuk stimulasi estrogen. Selama fase luteal, yakni saat proegesteron beraksi terhadap uterus, endometrium beratambah tebal secara mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat menjadi percabangan dan berkelok-kelok.
    c. Siklus ovarium:
    Puncak peristiwa siklus estrus adalah peristiwa pecahnya folikel dan terlepasnya ovum dari ovarium. Pada sapi 75 % mengalami ovulasi 12 sampai 14 jam setelah birahi berakhir, yang lain mengalami ovulasi lebih awal, yaitu 2,5 jam sebelum ovulasi berakhir. Pada wanita akan mengalami ovulasi kira-kira hari ke 14 dari siklus. Pada beberapa hewan, variasi saat ovulasi tidak jelas.

    1. Hormon-hormon yang berperan dalam mengatur iklus reproduksi pada manusia dan pengaruhnya yaitu :
    FSH berfungsi merangsang pematangan sel telur dan pembentukan hormon estrogen
    Estrogen berfungsi untuk menghambat terbentuknya FSH dan membentuk LH.
    LH berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi.

    2. Perbedaan siklus menstruasi dengan siklus estrus yaitu :
    Siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang terjadi pada hewan non primata yang meliputi empat fase yaitu fase diestrus, proestrus, estrus, dan fase metesterus.
    Sedangkan siklus menstruasi mempunyai siklus menstruasi yang berlangsung pada hewan primata yng dewasa seksual yang ditandai dengan adanya siklus haid.


    gamett oh gamettt
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgP13kSAZXrct8IE1CfpfLwp3F8Jtibbb3ktrL-y5EFjc7LssXYsERBnPd7CpFk-glgsNfYZ0hmHvmlUX9YFUsp_pNOzmNdkzO0yqMpNSZ8OFLIH3lSOrXMd9Cy_MWRdA6FkWoN2j95JI28/s400/sperma.jpg
    Gamet merupakan produk akhir dari gametogenesis yang berlangsung di dalam gonad (testis atau ovarium). Gamet yang merupakan spermatogenesis disebut sperma, sedangkan gamet yang mereupakan produk dari oogenesis disebut ovum. Gamet berfungsi sebagai pembawa informasi genetic dari kedua parental kepada keturunannya. Gamet jantan disebut spermatozoid dan gamet betina yaitu sel telur. Spermatozoa diproduksi di dalam tubulus seminiferus. Spermatosit vertebrata terdiri atlas bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang merupakan flagel yang panjang. Sperma hewan-hewan berbeda pula dalam ukuran bentuk dan mobilitasnya. Bentuk spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya terut ama terletak pada bagian kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang lancip.
    Pada pelaksanaan praktikum mengenai pengamatan sel kelamin, kami melakukan pengamatan terhadap sperma katak, mencit, merpati, dan manusia. Selain itu kami melakukan pula pengamatan pada sel telur ayam, telur mencit, telur katak, dan telur merpati. Disini kami mengamati mengamati struktur morfologi spermatozoid dan sel telur beberapa hewan vertebrata, hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian system reproduksi yang berbeda.
    B. Tujuan
    1. Mengenal struktur morfologi spermatozoid dan sel telur beberapa hewan
    vertebrata.
    2. Mengamati perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sel
    reproduksi yang berbeda.
    C. Manfaat
    Setelah melakukan pengamatan ini, kita dapat mengetahui :
    1. Struktur morfologi sperma dan sel telur hewan vertebrata.
    2. Perbedaan sel kelamin dari bagian-bagian sel reproduksi yang berbeda.



    Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis melalui proses yang disebut spermatogenesis. Sperma pertama kali dilepaskan pada saat pubertas, dan ini merupakan puncak dari serangkaian kejadian yang diawali kehidupan fetus. Spermatozoa pada spesies yang berbeda mempunyain ukuran yang bervariasi. Pada umumnya sperma terdiri atlas dua tipe yaitu sperma yang memiliki ekor dinamakan sperma tipe hematospermium sedangkan sperma yang tidak memiliki ekor dinamakan sperma tipe anemotispermium (Adnan, 2006; 76).
    Sel telur diproduksi dalam ovarium. Perkembangan sel telur terjdi did a;lam folikel-folikel telur. Folikel-folikel yang matang mengalami oivulasi, sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk ke dalam oviduk. Seperti yang lainb, sel telur yang dilengkapi dengan membrane sel yang disebut plasmalema atau oolema untuk melundungi sitoplasma, inti, yolk, dan organel-organel dalam sel (Syahrum, 1994; 28-29).
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIzE5uYduwRGc38zKanaq29TKYOWqg4xo4sPsPUQbvC9yZAG0oQXDNfDaCf5gjPthE5cIBPd1xokMSZarHaGmcxy98TZiaW6VhRbEZx5udItwPLcAbjS43LqSxHKEUz-AX44Sg33PLTdJi/s400/ovum.jpg
    Spermatogenesis atau reproduksi sel-sel dewasa adalah proses yng terus menerus dan prolifik pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004;160).
    Struktur sperma sesuai dengan fungsinya untuk menembus sel telur. Bagian kepala berbentuk oval merupakan sel berinti besar dengan dengan sedikit sitoplasama, membran bagian ujung depan tredapat selubung tebal disebut akrosom yang mengandung enzim healuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus pelindung sel telur. Dibelakang kepala disebut badan sperma terdapat mitokondria berbentuk spiralm dan berukuran besra, berfungsi sebagai penyedia ATP/energi untuk pergerakan ekor yang berupa pergerakan flagel. Diantara sel-sel yang sedang mengalami spermatogenesis dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel sertoli yang berfungsi sebagai penyedia nutrien dan mengatur proses spermatogenium (Anonim, 2007; 1).
    Seperti halnya pada testis maka struktur maka struktur ovarium sangat beranekaragam. Pada sejumlah hewan, terutama pada vertebrata, oogonium dan oosit dikelilingi oleh selapis folikeol. Pada manusia hal ini terjadi pada awal perkembangan fetus dan menjelang bulkan ketiga oogonium mulai berkembang menjadi oosit primer. Pada waktu seorang bayi dilahirkan, kedua obariumnya mengandung sekitar 400.000 oosit primer yang telah mencapai tahap prifase dalam pembelahan miosis. Oosit primer ini tetap berada dalam tahap profase sampai wanita tersebut mencapai kematangan seksual. Dalam tiap daur reproduksi bulanan, satu folikel atau lebih mulai membesar. Tidak semuanya menjadi matang karena banyak yang mengalami atrofi, tetapi biasanya satu folikel akan matang. Pada waktu ovulasi (15 sampai 45 tahun setelah mulai miosis) telur berada dalam tahap oosit sekunder. Pada sebagian besar vertebrata, untuk merangsang pembelahan meosis kedua dibutuhkan penetrasi sperma (Ville, 1973; 324).
    Sesuai dengan artinya 2 macam kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umumnya pada vertebrata). Maka di dalam hal sperma jadi haplon pada proses miosis. Terbentuklah spermatid yang disepihak hanya mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X atau Y. Terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelmin X, disingkat sperma X : lalu ada sperma yang mengandung kromosom Y, disingkat sperma Y (Yatim, 1994; 15-16).
    Dalam testis yang masak terdapat lebih sedikit sel-sel sertoli daripada sel-sel germinal(sel-sel benih), dan yang pertama cenderung untuk terletak merata sekeliling tubula seminifera. Sel-sel sertoli cukup tahan terhadap banyak zat beracun, seperti sinar-x dan pengaruh proses tua. Ada dua tipe sel sertoli yang dapat terlihat , satu yang berwarna gelap dan yang lainnya yan g berwarna muda. Arti fungsional darin perbedaan ini tidak diketahui (Bevelender, 1988; 353).

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
    Adnan, Pagarra, A. Azis, 2006. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
    Anonim, 2007. Spermatogenesis. Error! Hyperlink reference not valid..
    Bevelender, 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.
    Campbell, Kecce, Mizchell, 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.
    Syahrum, Kamaliddin, Tjokronegoro, 1994. Reproduksi dan Embriologi FKUI. Jakarta
    Ville, Warnes, Barnes, 1973. Zoologi Umum Jilid I Edisis Keenam. Erlangga. Jakarta.
    Yatim, 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito. Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger news